KONDISI UMKM SEKTOR PARIWISATA BALI PASCA PANDEMI COVID 19
Pariwisata adalah penopang utama pertumbuhan ekonomi Bali, namun kondisi berbalik saat pandemi. Pariwisata membuka kesempatan untuk berusaha, khususnya disektor kerajinan, perhotelan, restoran dan usaha jasa lainnya dapat berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat semakin meningkat, sehingga mampu mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam perkembangan pariwisata tersebut sektor perekonomian masyarakat pun semakin meningkat, membuka lebih banyak kesempatan berusaha, membuka lapangan pekerjaan yang pada akhirnya berdampak pada lapisan masyarakat yang sejahtera baik itu secara lokal, nasional dan global. Apabila hal ini dikaitkan dengan dampak sosial ekonomi tentunya kegiatan pariwisata ini berpengaruh pada mata pencaharian dari masyarakat khususnya pada perubahan mata pencaharian mengingat sektor pariwisata sangat membuka peluang dalam peningkatan pendapatan serta penghasilan di setiap individu.
Pemberlakuan berbagai kebijakan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 berimbas pada jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal ini menimbulkan efek diberbagai pelaku usaha mulai dari penyediaan akomodasi makan dan minum, kerajinan, pertanian kehutanan dan perikanan, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, industry pengolahan, dan transportasi dan pergudangan.
Bali sebagai daerah yang memiliki pusat pariwisata terbesar mendapatkan dampak yang paling dominan atas Covid-19. Meruntut data dari Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali, per 16 April 2021, jumlah UMKM yang terdampak Covid-19 sudah mencapai 18.583. Dengan posisi yang paling dominan yakni di Kota Denpasar sebanyak 4.445, disusul Kabupaten Karangasem 4.338, Kabupaten Klungkung 3.617, Kabupaten Bangli 2.464, Kabupaten Jembrana 1.604, Kabupaten Tabanan 1.011, Kabupaten Badung 509, Kabupaten Gianyar 401, dan Kabupaten Buleleng 113. UMKM yang paling terdampak Covid-19 ini bergerak dalam bidang kuliner, seperti rumah makan, pedagang nasi jinggo hingga pedagang pasar. Dari angka tersebut, beberapa UMKM memutuskan untuk menutup usahanya dan ada juga yang masih bertahan.
Di tengah kontraksi ekonomi, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki andil besar dalam membangkitkan perekonomian Bali. UMKM memiliki potensi yang dapat dikembangkan baik dari segi kapasitas usaha, kualitas produk, dan ekspansi pemasaran produk. Maka dari itu Kementerian Keuangan yang bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara dan kekayaan negara terus menerus memberikan fasilitas dan instrumen untuk mendukung para pelaku UMKM.
UMKM seperti rumah makan merupakan salah satu yang terkena imbas dari pandemi covid-19 ini yang mana banyak rumah makan yang terpaksa menutup operasional karena tidak adanya pembeli yang berkunjung akibat ditutupnya tempat tempat wisata di daerah masing masing, dengan tidak adanya dukungan dari biro perjalanan dan tempat wisata banyak rumah makan yang berpikiran realistis untuk menutup miliknya. Sebagai contoh banyak rumah makan wisata di Bali yaitu tepatnya di kawasan pantai jimbaran, pantai kedonganan menutup rumah makannya karena tidak adanya wisatawan yang berkunjung ke Bali baik itu wisatawan lokal dan mancanegara. Ini sebenarnya pilihan yang sangat realistis karena dengan ditutupnya tempat wisata di Bali berarti juga tidak akan adanya wisatawan yang akan datang berkunjung baik itu lokal maupun mancanegara.
Pusat oleh-oleh dan pasar tradisional juga terkena dampak langsung virus corona ini karena dengan ditutupnya tempat wisata di daerah daerah mengakibatkan tidak adanya wisatawan yang datang sehingga mengakibatkan pusat oleh oleh begitupun pasar kerajinan Bali juga banyak yang tutup.Hal ini terjadi karena tidak ada wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung di Bali. Wisatawan lokal yang mana kita tau sendiri sekarang di Indonesia dilakukan pembatasan perjalanan dalam bentuk apapun. Pusat oleh oleh juga memegang peranan bagi UMKM yang mensuplai barang yang dijual oleh pusat oleh-oleh. Karena itu dengan ditutupnya pusat oleh oleh, UMKM juga merasakan dampaknya juga dan menjadi faktor kerugian yang sangat beruntun bagi pihak UMKM dan beberapa vendor yang bekerja sama dengan pusat oleh oleh.
Selain hal tersebut yang paling berdampak adalah pelaku pariwisata, pelaku pariwisata yang dimaksudkan disini adalah sumber daya manusia (SDM) yang berhubungan langsung dengan dunia pariwisata seperti karyawan travel agent, karyawan hotel, karyawan restoran, karyawan pusat oleh oleh, karyawan rental mobil, sopir, tour leader (TL), tour guide (TG) yang semuanya menggantungkan hidupnya kepada usaha usaha yang berhubungan langsung dengan industri pariwisata. Di sektor pariwisata sebesar 20 juta jiwa. Sungguh angka yang sangat miris ketika hal ini kurang diperhatikan oleh pemerintah dan hal ini mungkin diluar prediksi dari kementrian tenaga kerja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi UMKM sektor pariwisata Bali yang berdampak terkena imbas dari pandemi covid 19 sebagai salah satu pertimbangan upaya untuk membangkitkan UMKM Bali. Bali yang sangat mengandalkan sektor pariwisata perlu membuka sektor lainnya yang masih melekat pada masyarakat Bali seperti pertanian, perdagangan dan nelayan. Masyarakat diberikan pemahaman untuk kembali secara perlahan membuka peluang usaha di sektor lainnya, sehingga perekonomian tidak seterusnya mengalami permasalahan yang panjang. Namun, hal ini tidak serta merta meninggalkan sektor pariwisata. Ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan diri dalam pembekalan ilmu, menambah keterampilan dan pendidikan untuk terus menerus mengasah diri, sehingga nantinya siap jika sektor pariwisata dibuka dan normal kembali.
Dari beberapa penjelasan di atas, memang sudah tidak bisa dihindari lagi berbagai kondisi yang muncul, walaupun berbagai harapan bahwa kondisi ini bisa pulih kembali dan normal. Dalam artian wabah Covid-19 ini segera berakhir. Mengingat sektor pariwisata adalah penyumbang devisa terbesar di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan harapan akan tetap menjadi penyumbang devisa terbesar.
Penulis :
Ni Nyoman Dea Karnayuandini (Mahasiswa Prodi Manajemen, Universitas Pamulang
Komentar
Posting Komentar